Di Pedalaman Bukan Berarti Tidak Punya Ponsel

Dayak penduduk asli Kalimantan yang tinggal di Pelaik dan Meliau bisa dibilang serupa tetapi tak sama. Meski sama – sama keturunan Dayak Iban dan berada di Kapuas Hulu, yang di Pelaik tinggal “menyendiri” di tengah hutan, sedangkan yang di Meliau tinggal di sekitar permukiman suku Melayu.

Rumah betang Pelaik bisa dikatakan sudah menjadi objek wisata. Selama bulan Januari 2010 sudah dikunjungi lebih dari 100 orang, baik dari dalam maupun luar negeri. Sedangkan Meliau meski bukan tujuan wisata, saat ini tercatat sebagai satu – satunya daerah kawasan Taman Nasional Danau Sentarum(TNDS) yang masih memiliki arwana merah.

Pelaik sendiri tergolong sulit dicapai dan agak jauh dari pemukiman lainnya karena harus melewati hutan. Karena itu tak heran banyak anak di Pelaik putus sekolah. Dampak dari kondisi ini banyak anak perempuan dikelas IV SD dinikahkan orangtua mereka dengan pria dewasa. Nah bedanya kalau di Meliau, merupakan kawasan cukup mudah dicapai karena dapat mengunakan perahu motor yang dapat diparkir didepan rumah warga.

Selain itu kedua kawasan ini juga memiliki perbedaan mengenai tempat tinggal mereka walaupun mereka satu suku yang sama. Di Pelaik penduduknya hanya memiliki satu rumah betang yang berukuran 10x100 meter dan dihuni sekitar 64 jiwa. Sedangkan pada kawasan Meliau warganya bebas dalam memilih tempat tinggal. Walau sama – sama mempunyai rumah betang seperti di kawasan Pelaik, ada beberapa warga yang memilih membangun rumah sendiri atau yang disebut rumah lanting atau rumah jangkung. Rumah betang kawasan Meliau pun juga berbeda dengan rumah betang yag terdapat di Peliak. Jika kawasan Peliak berukuran 10x100 meter, di Meliau rumah betangnya lebih panjang sehingga 13 keluarga atau sekitar 150 jiwa bisa tinggal didalamnya.

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting walau suku Dayak tinggal di pedalaman hutan Kalimantan. Komunikasi akan berjalan bila mendapat asupan listrik didaerah tersebut, tapi apa mungkin di hutan dapat dialiri listrik. Nah suku Dayak sekarang dapat menikmati semua alat elektronik mulai dari televisi, lemari es, bahkan telepon selular yang semuanya dibantu tiga mesin pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang pembangunannya difasilitasi Center for International Forestry Research dan Yayasan Riak Bumi.

(Sumber : Kompas terbitan tanggal 20 Februari 2010)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Di Pedalaman Bukan Berarti Tidak Punya Ponsel"

Posting Komentar